Sunday, April 28, 2013

Jalan Kaki itu Kecee Cint.....

Jarak kampus dengan kostan saya lumayan jauh, namun saya tempuh dengan berjalan kaki untuk mengurangi pencemaran udara sekaligus berolahraga. Peristiwa-peristiwa yang saya dapatkan ketika perjalanan saya ke kampus. Sudah lebih dari 3 tahun saya tinggal di pemukiman padat penduduk yang tidak teratur di daerah Mulyorejo, dimana terdapat sungai yang menghiasi sepanjang jalan.
Sungai tersebut baunya sungguh tidak sedap, banyak orang yang masih BAB disana, penuh sampah dan mungkin sudah masuk baku mutu kelas  4. Ironisnya sungai tersebut masih digunakan untuk berenang dan memancing, dimana ikan yang didapat kemudian di konsumsi itu saya tanyakan kepada anak-anak yang asik memancing. Mereka tidak tau bahaya apa yang terjadi jika mereka mengkonsumsi ikan dari air yang tercemar seperti itu.
Sealiran dengan sungai, saya berjalan dengan suka cita melewati puluhan aktivitas yang dilakukan oleh masyrakat sekitar. Mungkin belum ada rasa untuk menciptakan lingkungan yang lestari, kenapa saya berpendapat demikian?. Ya, saya keluar pintu kost sudah di sambut oleh orang-orang yang merokok berjamaah di warung jus sebelah kost. Pagi – siang – sore –hingga malam kepulan asap rokok bergeliriya di udara, mungkin menyenangkan bagi penikmat tapi tidak bagi si pasif. Bukan jadi rahasia umum lagi apa akibat dari rokok , peneliti menemukan perokok pasif atau orang yang terpapar asap rokok 16 kali lebih berbahaya daripada paparan polusi udara biasa. Karena asap rokok dapat meningkatkan jumlah partikel halus di udara yang berbahaya berkali-kali lipat banyaknya,” papar Ketua Komnas Pengendalian tembakau dr Prijo Sidipratomo di Jakarta, Rabu (18/7).
Di perjalanan saya melewati jalan arteri yang dilalui kendaraan baik mobil, motor, truck dan kendaraan bermotor lainnya dalam volume yang cukup banyak. Asap kendaraan bermotor tersebut merupakan sumber dari polutan yang menyebabkan terganggunya kesehatan manusia seperti: menghambat peredaraan darah, ISPA, dan penyakit pernafasan lainnya.
Searah dengan kampus banyak warga yang membakar sampahnya secara individual, pembakaran sampah tersebut sering sekali dilakukan warga dalam menangani masalah pengolahan sampahnya. Pembakaran sampah walaupun volumennya kecil sangat berdampak pada penambahan jumlah zat pencemaran di udara, terutama debu dan hidrokarbon.
                Peristiwa- peristiwa tersebut telah menjadi kebiasaan membudaya yang tidak kita sadari menjadi penyumbang pencemaran udara yang dapat menyebabkan pemanasan global. Belum adanya kebiasaan untuk mengurangi polusi udara tersebut memotivasi saya berupaya mengubah kebiasaan tersebut kearah pro-lingkungan. Terus terang belum ada keberaniaan dari dri saya secara personal untuk mengatasi permasalahan ini sendiri. Oleh karena itu, dengan adanya forum pembahasan tentang polusi udara tersebut saya dapat belajar lebih banyak untuk mengedukasi masyarakat sekitar kost-kostan saya untuk dapat menjaga lingkungannya. Sebelum saya lulus dan kembali ke kota asal, saya ingin berbuat yang terbaik untuk lingkungan saya.


>> Essay EYMC 2013



0 komentar:

Post a Comment